Kamis, 19 Juni 2014

Al Munawwir '11


(16 Juni 2011 pukul 10:07)
 
Satu ucapan siring kepergian
Ialah maaf beserta ketulusan
Bukan sederet dosa yang selalu datang

Sahabat2Q_
Dulu pernah kita menulis dalam kenangan di penjara suci ini
Berragam cerita tentang aku dan kalian
Yang pasti...
Tiada hari tanpa kebersamaan

Tapi hari ini_
Dalam perdebatan hati dan fikiran
Aku harus membiarkan lisanQ mengucap...
Selamat tinggal kawaaan...

Aku m'ngharap akan maaf kalian
Dari sedalam ketulusan yang aku bisa
Ku mohon,,, kita tetap teman
Dan disinilah,,,
Kelak kita akan bermuwajjahah bilwujjuh kmbali

Sahabatmu, 16 Juni 2011
Salam

Sebuah Pemberontakan NYATA


(13 Maret 2011 pukul 13:50)
 
Kepada mereka,,,,
tuntutan Do'a d'rampas dengan lima puluh ribuan....
Tak peduli entah Rela atau Terpaksa...
entah musuh atau saudara....
atau sekedar sandiwara diatas mimbar kebesarannya....?

yang terang,,,, janji menjadi makanan di telinga kami
tapi bukti,.. menjadi duri di bawah kaki kami
tentunya kau menari-nari diatas air mata kami
dengan semua kecuranganmu

dunia telah rantas terlipat di halaman koran
brtuliskan ini-itu tapi nyatanya tak tentu
brgambarkan wjah2 yng dulu memberi janji itu....
apakah mereka belum juga tau....???
bahwa DIAM'nya kami adlah PEMBERONTAKAN yang NYATA

MEREKA ingin MERDEKA

(27 Juli 2011 pukul 21:49)



Kepada mereka yang mau berkata
Tentang makna sebutir air mata
Inilah saatnya, untuk kita tengok siapa mereka?
Dalam sayup Doa,,,
Mereka meredam semua mimpi
Menyembunyikan getir-pahitnya sepi ditengah bangunan raya
Mengucapkan satu dari seribu rasa

Tahukah teman, siapa MEREKA?
Ialah manusia yang terbaring denga mata terbuka
Ialah manusia yang menjerit, tanpa ada yang mndengarnya
Ialah penengadah uluran tangan kita....

Demi waktu yang Tuhan janjikan...
Mereka lepaskan semua aral fana
Karena yang mereka tahu,
Disetiap keteguhannya, akan ada cahaya lapang dihatinya

Dan... saat mereka mengusap air dalam wudhunya
Ada setitik harapan tentang dunia yang dulu mereka banggakan
Tentang sanak, yang dulu mereka timang dengan kasih sayang
Wlpun saat ini tnggal sbuah kenangan
Subhanallah... Mereka adalah satu dari penerang dunia ini

Suatu saat nanti, aku ingin melihat mereka lagi
Melihat tawa dan tamahan suci

Teman,,, tengoklah mereka...
Saudara kita... yang tersembunyi dibalik bangunan raya sepi
Semoga,,, kita ikhlas berbagi ^_^*

Setiap Hati memiliki Cerita Tersendiri


(23 Maret 2013 pukul 20:06)
 
Ada saatnya ketika seorang kurang bisa memahami orang terdekatnya
Ada saatnya ketika "Diam" tiba-tiba menyela ditengah hangatnya tawaAda saatnya ketika kita lelah untuk mengerti dan selalu mengalah
Tapi bukankah Allah selalu menjanjikan kebahagiaan pada tiap orang yang senantiasa menjaga tali silaturrahminya?

Mengawali sapaan, terkadang terbesit rasa gengsi
Mengawali senyuman, padahal ada rasa benci
Mengawali perbincangan, hanya untuk basa-basi
Tidakkah setiap hatipun bisa merasakan kepalsuan itu???Bagaiamana kau bisa seolah memindahkan kedzaliman itu pada orang lain, sedangkan itu adalah milikmu sendiri...?Astaghfirullahal 'adziim........

Setiap hati memiliki mimpi
Setiap hati memiliki energi yang mampu kembang dan kempis
Setiap hati mampu menjerit tanpa orang lain mendengarnyaKarena setiap hati memiliki Cerita tersendiri

Tuhan...Berikanlah cerita hati terrindah pada setiap hati yang engkau RidhoiTuhan...Cantumkanlah hatiku pada daftar hamba yang hatinya engkau RidhoiTuhan...Semaikanlah perdamaian antara kami, penghuni bumimu yang sebentar singgah dan menikmati jamuanmu

Sahabat Kecil_ku

(1 November 2011 pukul 11:19)


membuka lagi album kecil dari balik memoriku
mataku menangkap gambar bocah dalam ulang tahunnya
ada angka 4 diatas kuenya

kala itu, kebersamaan adalah kado terindah untuknya
sampai aku melihat ada merah dalam matanya
sangat dalam,,, arti lagu yang dinyanyikannya
ya,,, dialah sahabat kecilku

ialah bagian dari bercandaku
bagian dari jeritan dalam tangisku

tapi..
saat tahun menunjukkan angka 2004
sesuatu itu datang menjadi teman barunya
menjadikannya menderita selama ratusan hari
ya, leukosit yang menguasai darahnya
hingga mengajaknya singgah diruang leukimia

pagi itu dia masih bisa merasakan getir
getir itu semakin berdarah sampai waktu menunjukkan pukul 11:00
disitulah semuanya berakhir
berakhir rasa sakitnya
dan berakhir pertemanannya dengan tumor ganas itu
dia...
dia telah meninggalkan aku,, dan sahabat lainnya

ya Allah...
berikanlah tempat yang baik untuk sahabat kami
ialah tempat yang engkau persiapkan bagi orang-orang yang beramal baik
dia sangat kami cintai karena kebaikannya ya allah
berapapun tahun yang akan kami lewati nanti
dia tetap sahabat kami
sahabat kecil yang sangat kami sayangi...

MEMORI '45 Vs 2011



(16 Agustus 2011 pukul 16:18)
 
 
Dibalik jeruji penjajahan,
Aku telah dibebaskan...
Diujung nafas yang tersenggal,
Aku dibangunkan...

Dalam memori puluhan tahun yang silam,
Memperebutkan pusaka bangsa, telah kita saksikan melalui sejarah
Merapatkan setiap celah-celah jeritan
Bersenjatakan bambu runcing dikepalan tangan

Bersama menitah perintisan suatU KEMERDEKAAN
Dalam catatan proklamasi otentik sang pahlawan
Bahkan, nyawapun mereka suguhkan kepada Tanah Tumpah Darah
.......

Tak kurang dari 480 menit lagi,,,
Ialah waktu untuk kita mersapi kembali, apa itu prklamasi....
Bukan kesibukan dengan berbagai suara truk dan pasir besi,
Dan asap-asap knalpot dengan monoksidanya...
Seperti yang terlukiskan dalam 'idhotun nasyi'in,
Dengan simbol bahasanya

Inilah teman...
Apa yang diceritakan oleh benakku
Hingga q tuliskan pada catatan kecil yang masih mau ku tampungi
Dan akhirnya...
Lahir-Batin'q mengucapkan..
"DIRGAHAYU TANAH AIRKU"

Jiwa Muda di Ufuk Timur

 (17 Agustus 2012 pukul 1:34)


Deret pasukan bernyawa tengah berjajar diantara panji-panji nyata
Merapat dalam sebuah kisah yang biasa dianggap reta
Saat itulah pemutaran realisasi arti daripada proklamasi.

Medan upacara dipenuhi deretan gugus
Bahkan setidaknya semua orang menampakkan seragamnya
Bagaimana tidak,,,???
Hari ini buku absen adalah alasan
Konsekuensi adalah ancaman
Anak-anak adalah perbandingan
Dan pangkat adalah tuntutan

Lalu setelah ini kami bertanya...
Dimana dapat ditemukan kesadaran adalah landasan?
Bagaimana mungkin kemerdekaan ada pada suatu keterpaksaan???
Dan kemana perginya jiwa sang “Ikhlas bakti bina Bangsa,, Berbudi bawa laksana?”

Saat itulah para penghuni muda seharusnya berdiri
Menghadap arah terbit matahari
Kemudian merelakan keringatnya deras
Menggantikan musim kemarau yang berkepanjangan
Ya, kemarau yang saat ini masih tertinggal.

Tapi hari ini,,,
Bagaimanapun musim yang terjadi di bumi Pertiwi
Lengan kananku menekuk ke atas, dan terbaca

“DIRGAHAYU INDONESIAKU.........!!!”

(seiring harapan kami untuk kejayaanmu)

Barangkali Khatam Nyanyianku Nanti :)



Rabb,,

Barangkali tak sampai tanganku nanti

Barangkali khatam nyanyianku nanti

Bolehkah aku masih menyenandungkan asmamu Rabb..?



Jika tiba lumpuh ingatanku nanti

Jika tiba rapuh tulang-tulangku nanti

Tolong, jangan lumpuhkan asmamu dari ingatanku Rabb...

dan jangan lumpuhkan cintaku yang kukemas untukmu



Rabb,,,

Dalam kidung yang kutitipkan pada secarik tulisan ini

Kupanjangkan tengadahku dalam memohon perlindunganmu

Dari jauhnya aksara untuk merangkai ampunan terindahmu



Rabb,,,

Jika deretan bencana ini

Adalah buah yang semestinya kami panen

Maka berkahilah Rabb,,

Sesungguhnya, engkaulah yang berhak mengaturnya

Maka ya Rabb,,

Ijinkan kami berteduh didalam ayat-ayatmu

Rabu, 18 Juni 2014

Interpretasi Pemanduan Wisata


Interpretasi pembuka dalam memandu wisata
No
Hari
Waktu
Tujuan
Keterangan
Interpretasi
1
Selasa, 01 Oktober 2013
15:00
Bandara Adi Sucipto
Menjemput kedatangan para wisatawan dan mengantarkan mereka menuju Hotel yang sudah dibooking dari jauh-jauh hari.

Jemputan : Taxi Avanza Gembira Loka

Jumlah Taxi : 5 Mobil

Hotel : Mutiara Malioboro
JL. Malioboro No. 18 , Yogyakarta City, Yogyakarta, Indonesia 55231
Selamat sore teman-teman dari Sumatra, selamat datang di Jogjakarta. Semoga perjalanannya menyenangkan ya walaupun jauh.

Teman-teman mari saya antar ke hotel, silahkan masuk ke taxi yang sudah disediakan ya...
2
17:00
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu mereka menuju kamar yang sudah dipesan dan kemudian beristirahat untuk sholat maghrib di mushola hotel sampai selesai sholat Isya’. Sekaligus beristirahat sejenak.
Nah teman-teman, sekarang kita sudah sampai di hotel Mutiara Malioboro. Setelah ini teman-teman saya persilahkan untuk beribadah dan istirahat sejenak sampai pukul 19.00 ya... setelah itu kita berkumpul lagi di ruang tengah sebelah sana untuk kemudian berangkat makan malam, setelah itu langsung dilanjutkan ke objek wisata Taman Pelangi. Jadi teman-teman setelah ini bisa bersiap-siap. Baiklah teman-teman sebelum saya tinggal untuk beribadah juga, apakah ada pertanyaan? Ohya setiap kamar sudah ada kamar mandi dalamnya, jadi teman-teman tidak usah khawatir untuk mengantri kamar mandi. Dan di masing-masing pintu kamar sudah ada nama teman-teman.
3
19:00
Legian Garden Restaurant
Memandu mereka untuk makan malam di restaurant dekat hotel.

Restaurant : Legian Garden
Jl. Perwakilan (Malioboro) No. 9 Yogyakarta 55213 Indonesia. Phone : (0274) 746 5375
Baik sekali teman-teman tepat waktu semuanya, jadi kita akan berjalan menuju restaurant Legian Garden di sebelah kanan hotel ini persis, jadi kita tidak perlu mobil untuk kesana.setelah makan malam nanti,pukul 19.30 kita langsung berkumpul dihalaman hotel dan menaiki taxi avanza yang akan mengantar kita ke Taman Pelangi.
Mari kita berangkat kesana sekarang yuk...
4
19:30
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu wisatawan menuju tempat wisata yang pertama yakni Taman Pelangi.

Menumpulkan mereka di depan hotel tepat jam 19:30.

Berangkat ke Taman Pelangi dengan 5 Mobil Avanza Gembira Loka yang sudah dipesan.
Bagaimana teman-teman makan malamnya? Semoga memuaskan. Sekarang, mari kita menaiki taxi dan menuju objek pertama kita yaitu Taman Pelangi
5

19:45
Taman Pelangi
Memandu wisatawan di taman pelang. Menemani wisatawan berfoto-foto ria dan menikmati pemandangan lampu-lampu lampion yang ada di taman pelangi. Sekaligus melihat pemandangan Monumen Jogja Kembali (Monjali) di malam hari.

Wisatawan diberi waktu sampai jam 21:00. Kemudian mengajak mereka berkumpul di depan gerbang Taman Pelangi untuk menuju tempat wisata selanjutnya.

21:00 Berangkat menuju tempat wisata selanjutnya yakni Alun-alun Selatan kota Yogyakarta.

Transportasi : 5 Mobil taxi Avanza Gembira Loka
Nah teman-teman semuanya, sekarang kita sudah sampai di objek wisata Taman Pelangi Yogyakarta... Selamat datang di taman lampion yang sangat memukau ini
Sekarang akan saya jelaskan agenda kita selama kurang lebih 2 jam kedepan, jadi mohon perhatiannya yaa -
Pukul 19.45-20.30 kita berkeliling menikmati keindahan Taman Pelangi dengan cahaya seribu lampion ini. Disinilah teman-teman bisa mengambil foto atau bermain dengan beberapa permainan yang tersedia di area ini.

Kemudian pukul 20.30-21.00 kita berkumpul di depan panggung seni ini lagi untuk menonton musik show dari band-band indienya Jogja.

Dan setelah itu kita akan menuju ke objek wisata kedua kita, Alun-alun selatan keraton Jogjakarta
6
Rabu
21:15
Alun-alun kota Yogyakarta
Memandu wisatawan untuk menikmati pemandangan malam di alun-alun Selatan kota Yogyakarta.

Berfoto-foto ria dan menikmati makanan khas Yogyakarta yang ada di warung-warung kaki lima alun-alun Selatan Yogyakarta.

Wisatawan diberi waktu hingga pukul 22:45 dan pulang menuju hotel.

Transportasi : 5 Avanza Gembira Loka
Teman-teman masih semangat kan? Inilah Alun-alun megah dengan berbagai variasi permainan, makanan, pakaian dan seni pertunjukan yang ditawarkan didalamnya. Teman-teman boleh menyebar asalkan masih di area Alun-alun ini, nanti kita kumpul kembali pukul22.45
7
23:00
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu wisatawan untuk beristirahat di hotel hingga melanjutkan perjalanan di esok hari.
Setelah berkeliling wisata, pasti teman-teman sudah butuh istirahat. Kita sudah sampai di hotel, nanti teman-teman bisa langsung istirahat dan kegiatan wisata kita dilanjutkan pukul 13.00 berkumpul dihalaman hotel ya... nah sebelum jam 13.00 teman-teman boleh menikmati fasilitas hotel ini, seperti televisi diruang tengah, kolam renang di belakang taman, taman bunga ada disebelah kiri sana, dan supermarket disamping kanan pintu masuk hotel, atau sekedar jalan-jalan disekitar hotel ini.
Baiklah, selamat beristirahat teman-teman....
8
Rabu, 02 Oktober 2013
13:00
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu wisatawan untuk berkumpul di depan hotel dan memandu mereka untuk makan siang lalu melanjutkan perjalanan di Malioboro untuk memlebi Souvenir.
Selamat siang teman-teman, siang yang cerah di jogjakarta... mari setelah ini kita makan siang di restaurant Legian Garden seperti tadi malam kita menuju ke restaurant berjalan bersama-sama.
9
13:15
Legian Garden Restaurant
Memandu wisatawan untuk makan siang.
Teman-teman selamat menikmati makan siang dengan menu utama Gudeg sebagai makanan khas yogyakarta dan menu-menu lainnya yang bisa teman-teman pilih...
Nanti setelah makan siang,pukul 13.45 kita akan jalan-jalan ke Malioboro menggunakan taxi avanza yang sudah siap dihalaman hotel.
10
14:00
Malioboro Yogyakarta
Memandu wisatawan untuk membeli souvenir dan oleh-oleh pulang.
Tujuan di malioboro :
  • Bringharjo
  • Mirota batik
  • Pedagang kaki lima
Teman-teman, kita sudah sampai di area parkir Malioboro. Sepanjang jalan itu merupakan kawasan Malioboro. Tujuan pertama kita adalah pasar bringharjo,untuk membeli pakaian-pakaian khas jogja,dan souvenir yang sangat bagus dan harganya terjangkau. Kemudian kita menju Mirota batik, dimana itu adalah pusat pembuatan dan pemasaran batik asli jogjkarta. Dan yang terakhir baru kita menyusuri pedagang-pedagang di samping kanan-kiri jalan malioboro, disana sangat lengkap ada makanan, minuman, pakaian, dan souvenir-souvenir lainnya.

Mari kita langsung menuju kesana, dan nanti kita kembali ke parkiran pukul 16.00
11
16:00
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu wisata menuju hotel untuk beristirahat dan sholat asar dan untuk bersiap-siap menuju tempat wisata malam selanjutnya yakni Bukit Bintang.
Teman-teman, akhirnya kita sampai kembali di hotel. Saya persilahkan untuk beribadah shola ‘ashar setelah ini, dan bersiap-siap karena nanti pukul 17.10 kita berkumpul diruang tengah untuk melanjutkan perjalanan wisata kita menuju Bukit Bintang.


12
17:10
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu keberangkatan menuju Bukit Bintang

Transportasi : 5 Taxi Avanza Gembira Loka
Baik teman-teman,, apakah semuanya sudah siap? Kita akan segera masuk ke taxi dan menuju objek wisata terakhir kita yaitu bukit bintang.
13
18:30
Bukit Bintang
Memandu wisatawan untuk shalat maghrib dan makan malam sejenak sambil menikmati udara segar di atas bukit bintang.

Wisatawan diberikan hingga pukul 21:00 untuk menikmati pemandangan lampu-lampu kota dan lautan kota Yogyakarta dari atas bukit sambil menikmati jagung bakar dan makanan-makanan yang disediakan di bukit.
Selamat malam dan selamat datang di Objek Wisata Bukit Bintang, mengapa dikatakan bukit bintang? Seperti yang kita semua lihat diatas perbukitan itu banyak sekali cahaya lampu-lampu kecil yang menyerupai bintang diatas bukit.

Kita akan sholat maghrib bersama di mushola sebelah sana, kemudian dilanjutkan makan malam diatas bukit yang sudah kami persiapkan.

Setelah itu pukul 19.15- 21.00 kita pindah ke bukit sebelah kiri sana untuk bakar-bakar jagung dan menikmati keindahan alam Bukit Bintang.

Mari teman-teman kita sholat maghrib dulu...
14
21:00
Bukit Bintang
Memandu perpulangan

Transportasi : 5 Taxi Gembira Loka Avanza
Teman-teman sekarang sudah pukul 21.00 mari kita bersiap-siap kembali ke hotel... dan beristirahat
15
22:00
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu wisatawan untuk beristirahat di hotel hingga esok hari.
Teman-teman, selamat beristirahat semoga nyenyak tidurnya. Dan ternyata besok hari terakhir kunjungan wisata teman-teman disini. Sampai juma pada pukul 07.00 diruang tengah ya teman-teman. Pukul 07.00 taxi sudah siap dihalaman untuk mengantar teman-teman ke bandara
selamat beristirahat teman-teman...

16
Kamis, 03 Oktober 2013
07:00
Hotel Mutiara Malioboro
Memandu wisata untuk berangkat menuju Bandara Adi Sucipto.

Transportasi : 5 Mobil Avanza Gembira Loka
Selamat pagi teman-teman, bagaimana istirahatnya nyaman kan? Wah teman-teman sudah bersiap-siap pulang nih, sebelum saya mengantar ke bandara, disini saya mau mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman sudah mau menjadi sahabat-shabat baik perjalanan wisata kita dan mempercayakan saya sebagai pemandu teman-teman. Kemudian saya juga mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam memandu, saya masih banyak kekurangan dan pelayanan yang kurang berkenan, saya mohon maaf ya teman-teman...
semoga dilain kesempatan kita bisa bergabung lagi...
mari saya antar ke mobil, dan menuju bandara adisucipto

17
08:00
Bandara Adi Sucipto
Berpisah dengan para wisatawan.
Selamat jalan teman-teman... terimakasih sudah mempercayakan jasa layanan kami, semoga teman-teman semua merasa senang dan semoga selamat sampai tujuan... sampai jumpa kembali....

Cerpen_Kidung Senja Untuk Erfina

Kidung Senja untuk Erfina
Resti Dwi Mulyani


Barangkali hilang sajakku nanti,
Sebelum mega berpijar redup diantara senja
Maka ketahuilah kekasihku,
Bahwa hujan akan menyanyikanmu
Sebuah lagu rindu”

Aku masih berdiri diantara kerumunan orang-orang yang mengidungkan doanya untukmu, Erfina. Kakiku tak mampu ku gerakkan otot-ototnya untuk mendekap pedihmu yang berkalut waktu. Hanya doaku yang bergetar merayu Tuhan untuk sukmamu. Erfina, berhentilah menutup mata! Lihat Erfina! Bayimu menangis memanggilmu. Tidakkah kau sambut gadis kecilmu itu dan kau kecup keningnya Erfina?

Kau masih ingat Erfina? saat kita adalah sepasang bocahkecil tanpa tahu arti memberi hati? Erfina kecil yang sedari dulu menjadi teman tawaku, teman candaku, dan teman menangisku. Bahkan dalam kepolosan kita, dulu sempat kau tulis namaku dan namamu pada sebuah layang-layang yang kemudian kita terbangkan bersama ditanah lapang. Aku memainkan benang dan kau berlarian heboh menerbangkan tubuh layang-layang bersama nyanyianmu yang sering membuat telingaku sakit. Tapi demikianErfina, aku tak pernah membenci suaramu.

Pernah sesekali Kau membuatku kesal, saat aku membutuhkan teman untuk menerbangkan layang-layang, Kau pergi ke suatu tempat yang jauh ke seberang kota bersama orang tuamu. Katamu, “aku mau ketemu sama om Doktel Za, silupku yang lasa stlobely kemalin udah habis. Besok aku bawain lagi pelmen dali kota deh Za, jangan malah yaa...”
Aku yang belum bisa membedakan mana vitamin dan mana permen itu percaya saja dengan perkataanmu. Akupun melambaikan tangan sambil menahan sedihku saat mobilmu mulai melaju dihadapanku.

Sampai suatu hari, saat usiaku beranjak 19 tahun dan kau 1 tahun lebih muda dibawahku, kita masih memilih sekolah yang sama, ialah SMA N 1 Candradimuka. Kau masih menjadi sahabat terdekatku. Kalau dulu ketika SD kita berjalan kaki bersama menuju sekolah, saat SMA aku menjemputmu menggunakan Ninja hijauku.
Hampir setiap makan siang kita selalu satu meja, dengan menu yang sama. Selalu ada cerita yang menjadi awal perbincangan kita yang hangat. Sungguh, ada kedamaian saat bersama denganmu, sahabatku Erfina.
Afreza, nanti sore aku mau ke om dokter. Tapi aku nggak janji ngasih kamu permen ya... hahaa” seperti biasa setiap 3 bulan sekali, kau berpamitan denganku.
“Hahaa... kamu mau ngambil silup stobely, Na? Pokoknya bawain aku pelmen dali kota yaa...” kataku sambil mengusap kerudung coklatmu.
“ Eh eh eh... aku udah bisa ngomong “R” dong sekarrrrrang... hahaa sirrrup rrrasa strrowberrrynya sekarrrang udah nggak jaman,” protesmu menampakkan wajah bangga.
Duu duuu... udah pinterrr ngomong eRRR ya sekarrrang,,, yahh seenggaknya kalo dengerin kamu nyanyi, telingaku nggak sakit lagi,” kataku sambil memegang telinga kananku.
Afrezaaaa.... awas diatasmu...” kontan aku menengok keatas, dan aku merasa bodoh ketika sadar kalau kau mengalihkan pandanganku kemudian merampok makananku. Tanpa merasa berdosa, kau malah cengar-cengir menikmati bebek bakar kesukaan kita berdua. Sesekali kau berbaik hati menyuapiku yang sebenarnya itu adalah makananku. Tapi sungguh, aku tak membenci sikapmu. Aku semakin merasa nyaman. Entah kedamaian semacam apa yang kurasakan saat itu, Erfina.

Sore itu aku mengantarmu pulang seperti biasa dari sekolah. Dihalaman rumahmu sudah siap mobil yang yang akan mengantarkanmu ke seberang kota. “Ayoo Nak, langsung masuk mobil ya, nanti kita terlambat. Makasih ya Nak Afreza, sudah mengantar Erfina.” Tante Farida membukakan pintu mobil untukmu putri tunggal yang amat dicintainya. “Iya tante sama-sama... mari Om, Tante, Afreza pulang duluan yaa... Erfina, jangan lupa pelmen stobelynya ya,” ejekku sambil tancap gas, dan aku sempat melihatmu melet sambil menutup pintu mobil.

Sepi. Malam minggu biasanya kuhabiskan waktu denganmu menonton pertunjukan teater atau sekedar mencari angin dan es krim disekitar alun-alun kota. Dalam sepiku itu sempat terlintas perasaan apa yang sebenarnya kurasakan terhadapmu. Apa semacam ini yang dinamakan Cinta? Aku merasa bahwa Kau adalah gadis yang paling bisa membuatku rindu saat aku sendiri. Dan paling bisa membuatku bertahan dalam kenyamanan yang tak bisa kulukiskan dengan kanvas seluas apapun. Aku mulai memikirkan keadaanmu. Aku mulai memahami mengapa kau harus rutin 3 bulan sekali menemui doktermu. Erfina dibalik tingkahmu yang selalu ceria, menyimpan ketegaran akan penyakit yang saat itu belum ku tahu sejenis apa. Tapi di setiap ceritamu, seolah tak ada yang membahayakan dari sakitmu itu. Ya, hanya seolah saja.

Aku kembali memikirkan perasaanku. Jika memang ini cinta, artinya aku melanggar persahabatan kita? Dosakah jika demikian? Tapi bukankah cinta itu datang tanpa ku undang? Perasaan ini muncul dan mengalir seperti air yang aku sama sekali tak berkuasa untuk mnghentikannya. Hanya saja, aku tak cukup berani mengatakannya padamu saat itu.. Aku takut perasaanmu berbeda terhadapku dan menjadi aral bagi persahabatan kita.
Pikiranku bertarung mencari kemungkinan-kemungkinan yang aku sendiri tak tahu kebenarannya.



Senin pagi kujemput Kau seperti biasa. Ku lihat senyum sapamu tak berubah dari biasanya. Aku seperti melihat dua matahari yang terbit dipagi itu. Sepanjang perjalanan ke sekolah kau bercerita tentang bangunan rumah sakit yang saat ini sudah berubah sehingga membuatmu lebih lama mencari ruangan om dokter. Aku sama sekali tak pernah mendengarkan cerita keluhan darimu atas penyakitmu. Seolah semua baik-baik saja. Kau adalah wanita yang tegar dan selalu menampakkan senyummu pada siapapun.

Pagi itu upacara bendera seperti biasa dilapangan sekolah kita. Pada menit ke 35 setelah pengibaran bendera merah-putih, aku melihat segerombolan petugas P3K membopong gadis berkerudung putih dari barisan kelas 2. Spontan, aku berfikir itu adalah Kau Erfina. Aku keluar dari barisan dan berlari menuju gadis yang pingsan itu. “Minggir minggir... siapa yang pingsan? Erfina?” tanyaku pada salah satu petugas P3K. “Bukan Kak, ini Dania kelas 2b. Permisi kak kami harus segera membawanya ke UKS. ” Jawabnya terburu-buru. “Oh ya, maaf maaf.” Aku sedikit lega karena itu bukan Kau. Aku kembali kebarisanku, dan tak sedikit siswa yang melirik heran terhadapku. Aku tak peduli, yang penting kupastikan kau baik-baik saja.

Jam makan siang, aku hendak mengajakmu makan seperti biasa. Tapi tak ku temui kau dikelasmu. “Dek, lihat Erfina nggak? Dimana dia ya?” tanyaku pada Nadia teman sekelasnya. “Kak Afreza nggak tau? Tadi sehabis upacara bendera, Erfina mimisan. Terus waktu Mapel fisika tadi dia pingsan,” katanya dengan nada cemas.
Mimisan??? Pingsan??? Kenapa kamu nggak segera ngabarin kakak? Trus sekarang dia dimana? Keadaanya gimana?” kekhawatiranku memuncak.
Dia diantar pulang sama Firsan kak, maaf kak kami nggak kepikiran ngabarin kakak.”
Firsan? Firsan ketua OSIS itu? Pikiranku bertanya-tanya apakah dia kekasihmu yang diam-diam tak kau ceritakan kepadaku? Atau jangan-jangan dia pengagum rahasiamu yang memanfaatkn kesempatan ini untuk mengantarmu pulang, dan mencari perhatian darimu? Tanpa berpikir panjang, aku bolos sekolah dan bergegas kerumahmu untuk melihat kondisimu.

Aku melihat sebuah mobil mewah bertengger didepan rumahmu, yang langsung ku tebak itu mobil Firsan. “Eh nak Afreza, mari masuk. Erfina di dalam sama temannya,” Sambut tante Farida mengantarku kekamarmu. Aku menggerakkan langkahku mendekati kau yang sedang berbaring ditemani ayahmu dan seorang laki-laki berseragam putih abu-abu yang sudah pasti itu Firsan. Aku mengabaikan semua yang kulihat kecuali Kau Erfina. Aku memberanikan diri mendekatimu, dan menyaksikan darah lembut keluar dari hidungmu. Kuambilkan tissu yang selalu tersedia dimeja samping tempat tidurmu dan kubersihkan pelan-pelan darah yang keluar dari hidungmu itu. Aku tahu itu bukan mimisan ringan.Tanpa kusadari untuk pertama kalinya, aku menangis dihadapanmu dan orang tuamu. Tante Farida membisikkan kepadaku, “Erfina nggak papa Nak, lihat dia tersenyum melihatmu.”

Aku menatapmu seperti Kau menatapku. Aku melihat sayup pandanganmu dan mulai ada bendungan bening dipucuk matamu. Seperti terlukis kesakitan yang dalam dibola matamu. Ada kisah yang disembunyikan olehmu. Kau membisikkan sesuatu pada Ibumu, kemudian Ibumu mengajak ayahmu dan Firsan menuju ruang tamu. Seperti ada yang hendak dikatakan olehmu untukku. Tinggalah hanya ada aku dan kau saat itu.
Za, kamu jelek sekali kalo nangis. Hidungmu terlihat besar dan merah. Jelek sekali” Suaramu yang lirih membuatku sedikit tergelitik atas apa yang kau ucapkan.
Kamu juga jelek kalo lagi mimisan. Hidungmu lebih merah dari badut. Ma..makanya ja jangan mimisan lagi,” jawabku sembari menyembunyikan wajahku di balik telapak tanganmu yang kugenggam erat. “ Biarin aku jelek. Tapi kamu sayang kan?” sungguh, pertanyaanmu itu tidak pernah kusangka sebelumnya. Aku terdiam. Aku tak mampu menyembunyikan perasaanku yang ternyata bisa ditebak olehmu.

Aku menyerah Erfina. Cukup tersiksa menyembunyikan perasaanku terhadapmu. Tapi tolong, jangan marah ya. Kamu nggak kecewa kan aku mengingkari persahabatan kita?” kataku kebingungan dan tak percaya diri.
Sejak kapan Kau bodoh Afreza? Seharusnya Kau cukup pintar mencintai wanita, diluar sana banyak yang lebih cantik dan tak berpenyakit sepertiku. Aku tak berfikir sekecilpun untuk mengkhianati persahabatan kita. Kau mengerti kan Afreza?” Tegas sekali Kau mengatakan hal itu. Aku seperti berhadapan dengan pedang yang siap menusuk ke arah paru-paruku. Kau tidak mencintaku. Benarkah? Seperti ada yang memberontak dalam diriku. Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku. Kuhembuskan pelan nafasku untuk menenangkan sejenak jiwaku yang tergoncang. “Erfina, apapun yang kamu mau. Kamu mau menganggapku sebagai laki-laki sebodoh apapun,yang jelas perasaanku tidak akan berubah, aku selalu mencintaimu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Melihatmu sehat, melihatmu bahagia, dan mendengarmu bernyanyi di setiap sela perbincangan kita.” Tiba-tiba kalimat panjang mengalir dari mulutku.
Afreza, aku ini tidak sakit. Aku hanya mimisan ringan dan mengantuk berat. Sudahlah, kita ini sahabat. Kamu bisa mendapatkan wanita yang tidak ngantukan sepertiku. Yang bisa menyanyi lebih merdu dibanding suaraku, agar telingamu tak sakit,” katamu membodohiku.

Kau terlihat merendahkan hatimu. Tapi hal itu justru membuatku semakin mencintaimu. Sebenarnya cukup banyak yang ingin kusampaikan saat itu, tapi aku melihat raut lelah dari wajahmu. Aku memutuskan membiarkan senja itu untuk istirahatmu.
Erfina, aku tidak ingin membuatmu semakin lelah. Aku hanya ingin menjagamu bagaimanapun keadaanmu, beristirahatlah untuk kesembuhanmu. Aku pamit dulu ya, kalau kamu butuh apa-apa sampaikan saja kepadaku. Oke?” Kau hanya membalasku dengan senyuman dan sekali lagi kulihat matamu berair.

Diruang tengah kudapati om Edi, tante Farida, dan Firsan sedang membicarakan sesuatu. Aku tertarik mendengarkan pembicaraan itu dari balik tembok.
Jadi nak Firsan ini kekasihnya Erfina? Kok dia belum cerita ke tante ya? Memang sejak kapan Nak?” Pertanyaan tante Farida membuat lututku seperti meleleh dan membuatku menyimpuhkannya dilantai.
Iya tante, baru kemarin sore kok. Hehee mungkin Erfiina belum sempat menceritakannya sama Tante dan Om.” Jawaban Firsan semakin membuat mataku sembab.
Sebenarnya apa yang membuat kamu suka sama anak om Firsan? Kamu sudah tahu tentang penyakitnya? Dan apa kamu tidak menyesal?” tanya om Edi.
Tahu kok Om, dari awal saya mengungkapkan perasaan saya, Erfina bilang kalau dia sakit. Tapi om sama tante tenang saja, saya mencintai Erfina dengan tulus Om, walaupun dia sakit,” Jawab Firsan meyakinkan.
Maaf sebelumnya lho ya Nak Firsan, setahu tante si Erfina kan dekat dengan Afreza. Jadi tante cukup kaget kalau ternyata nak Firsan ini kekasihnya.” Pertanyaan tante Farida semakin membuat telingaku enggan berpindah dari balik tembok itu.
Oh iya tante, kata Erfina mas Afreza itu sahabat terdekatnya sejak dia masih kecil. Tapi sekedar sahabat Tan.” Jawaban Firsan sungguh membuatku membeku dibalik tembok. Kenapa kau tak pernah bercerita kepadaku tentang laki-laki yang dekat denganmu selain aku?Bukankah katamu aku adalah sahabatmu?
Ya sudah, tapi ingat... kalian masih masanya sekolah. Jangan sampai terganggu belajarnya!” Om Edi menghisap dalam-dalam rokoknya sambil berlalu meninggalkan ruangan. Seperti ada yang berat dihati om Edi.
Terimakasih Om, Tante. Ohya sepertinya hari sudah sore, saya pamit dulu ya Tante. Salam buat Erfina.” Firsan berpamitan tanpa menengokmu terlebih dahulu.
Sepertinya raut wajah tante Farida juga menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang sama denganku. Entahlah, lelah sekali pikiranku saat itu. Akupun menyusul berpamitan dengan om Edi dan tante Farida.
Sembab sekali matamu Afreza, kamu baik-baik saja kan?” tanya om Edi ketika kujabat hangat tangannya.
Saya baik-baik saja Om. Saya hanya tak sanggup melihat sahabat terbaik saya terbaring sakit.”
Afreza, om minta tolong. Tolong bantu jaga Erfina. Om sangat percaya denganmu.Om Edi menepuk pundakku.
Kalimat om Edi seperti memberiku secercah harapan. Aku berjanji pada diriku sendiri dan kepada om Edi untuk menjagamu. Entah sebagai sahabatmu atau sebagai kekasihmu.

Kutancapkan gas ninjaku menyusuri trotoar masih dengan pikiranku yang kalut. Bukan memikirkan cintaku yang tertolak, tapi lebih memikirkan bagaimana membuatmu bahagia. Aku tak peduli mau seberapa hancur perasaanku, yang terpenting adalah kesembuhan dan kebahagiaan untukmu. Kalaupun Firsan ternyata adalah orang yang kau pilih, aku berusaha tetap menjaga perasaanku tanpa memaksakan perasaanmu. Semoga Firsan adalah lelaki terbaik untuk kamu, Erfina. Tapi kalau suatu hari nanti Firsan menyakitimu, maka aku adalah orang pertama yang akan menghadapinya untukmu.

Hari demi hari aku melihatmu membaik, bisa kulihat kembali tawa dan wajah manismu. Hanya yang berbeda, sekarang Kau tak lagi mau kuajak ke alun-alun setiap malam minggu. Kau tak lagi makan siang semeja denganku. Kamu memilih Inova hitam dan kekasihmu Firsan untuk menggntikanku. Aku kehilangan sosok Erfina yang baisanya selalu bersama denganku.

Kau tahu Erfina? Saat tanganmu bergandengan dengan Firsan, seolah-olah ada yang merobek-robek keras tanganku. Pun saat melihatmu duduk berdua dengannya, seolah ada api melilit disekelilingku. Jujur Erfina, aku cemburu. Amat sangat cemburu. Apa kau sebegitu tak mengenaliku lagi? SMS atau telefonku tak kau jawab seperti dulu. Saat berpapasan denganmu pun kau hanya sedikit menyunggingkan senyum.
Dosa apa yang kuperbuat terhadapmu Erfina? Bukankah katamu kita adalah sahabat? Paling tidak, jika kau tak menerimaku sebagai kekasihmu, kau masih menerimaku sebagai sahabatmu. Tapi sejak Senin itu kau berubah. Mungkin Kau bosan atau kesal atau apalah terhadapku. Baiklah, aku tak apa kau acuhkan. Aku masih Afreza yang mencintaimu dari balik kecemburuanku.


Empat tahun berlalu, masih Kau semukan persahabatan kita. Hingga suatu hari tiba-tiba kau mengirimiku sebuah SMS yang membuatku sangat terkejut bahagia. Sungguh Erfina, itu SMS pertama yang kau kirim setelah empat tahun kau habiskan waktu kuliahmu di Kota orang.

Afreza, bgmna kbarmu? Mlm ini mau gk jmput aq, qt nostalgia ke alun-alun kota yuk… kangen kamu, ~Erfina”
Segera kubalas SMS-mu dengan tangan gemetar
Kabarku baik Erfina. Bgmna dngan kabarmu? Suatu keajaiban diajak ke alun-alun olehmu setelah empat thun lebih kau tdk ada kabar. Tentu saja aq mau. Aku siap2 skrang

Aku benar-benar tak sabar ingin menjemputmu malam itu. Sampai didepan rumahmu, kudapati kau sudah menunggu di teras rumahmu yang luas.
Malam itu aku melihatmu lebih dewasa Erfina.Gaunmu sangat indah, serasi dengan senyum dan sapa yang dulu setiap hari kulihat. Aku seperti melihat ada dua bulan yang bersinar dimalam itu, yaitu dilangit dan di sampingku.

Sekitar satu jam kita jalan-jalan memutari keramaian alun-alun kota, Kau mulai mengajakku mencari tempat duduk dan berbicara sesuatu yang membuatku ingin mati saat itu juga.

Afreza, sebelumnya aku ingin melihatmu tersenyum dulu sebelum aku menyampaikan hal ini kepadamu.” Kau menatapku ragu.Akupun tersenyum memenuhi permintaanmu.
Afreza, aku minta maaf. Empat tahun ini mengacuhkan SMS dan telefonmu. Tapi sungguh, aku tak sedikitpun lupa denganmu. Aku ingin memberimu sesuatu. Tapi tolong, kamu jangan membenciku.”Kau menyodorkan selembar kertas tebal bermotif bunga dan cincin. Kubaca pelan-pelan dan berulang-ulang untuk memastikan apakah benar itu adalah namamu dan nama Firsan yang tertera dalam undangan pernikahan itu. Benar. Itu Kau dan Firsan. Lama kutatap undangan itu, tak sadar mataku melelehkan air yang selama ini beku didalamnya. Aku mencoba tenang, tapi tak bisa. Ingin berteriak sekencang-kencangnya tapi aku tahu itu bodoh.

Erfina, aku pasti akan datang. Aku akan selalu ada kapanpun kau mengundangku.” Hanya kalimat itu yang mampu terucap untuk Erfina.kulihat kau hanya datar melihatku dengan sedikit menyembunyikan raut pucatmu. Aku segera mengajakmu pulang. Sudah tak tahan ingin ku banting bantal-guling yang tak berdosa itu sebagai pelampiasan kecemburuanku terhadapmu.

Selasa, 4 Januari 2011 aku mengantarmu ke gedung akbar kota yang biasa orang-orang pakai untuk resepsi. Aku berdiri tepat dibelakangmu dan menyaksikan tanganmu digandeng mesra oleh Firsan. Gaunmu yang amat serasi dengan gaun Firsan, cincin pernikahan yang melekat erat di jarimu dan di jari Firsan, dan bunga-bunga yang kalian kenakan, seperti cambuk panas bagi mata dan hatiku. Tak kuasa kakiku lama-lama di belakangmu, aku berpura-pura mengangkat telefon dan berpindah posisi. Aku memeras air mataku dibalik pintu belakang yang kupastikan tak ada orang yang melihatku.
Tuhan, jika puisi cintaku kau hentikan sampai hari ini, ijinkan aku tak menjadikannya penyesalan. Sungguh, seberapa hancur perasaanku tak akan kubiarkan egoku membuat hari bahagianya terganggu. Ya, hari bahagianya. Semoga,gumamku menyendiri lama dibalik pintu.


Memasuki bulan pertama setelah pernikahanmu, aku tak mendapatimu ceria seperti dulu. Kau lebih pendiam dan jarang terlihat diluar. Kabarmu pun tak ku dengar lagi. Tapi aku sudah tak berhak mencampuri urusanmu yang saat itu sudah menjadi urusan Firsan.
Aku mulai mencari puisi yang lain untuk menggantikanmu di lubuk ini, tapi tak bisa. Sungguh tak ada yang sepertimu lagi Erfina.
Suatu hari, ku dengar kabar bahwa kau hamil. Kauhamil Erfina? Belum usai kepedihanku akan pernikahanmu lalu kau berikan cambuk lagi untukku dengan kehamilanmu dengan Firsan? Baiklah. Aku semakin sadar bahwa aku bukanlah nyanyian indah untuk hidupmu. Walaupun kau akan selalu menjadi puisi terindah dalam hidupku. Mungkin aku mulai lelah dengan remuknya cintaku, tapi Erfina, aku akan selalu mendoakan kebahagiaan untukmu.

Beberapa bulan berlalu hingga kudengar suara tangis bayi perempuanmu dari balik ruang bersalin RS. KasihIbu. Lalu ku saksikan Firsan menggendong dan mencium kening bayi cantik itu dengan lembut dan penuh haru. Firsan telah sah menjadi ayah dari anakmu Erfina. Dan artinya aku telah sah menjadi nyanyian kosong bagi hidupmu. Ya, nyanyian kosong. Aku mendekati bayimu dan kugendong merasakan kebahagiaan bercampur kesedihan yang menjadi satu entah perasaan semacam apa itu. Ku ucapkan selamat kepada Firsan dan kepadamu atas lahirnya malaikat kecil pelengkap kebahagiaan rumah tanggamu. Tak sadar kuhabiskan 2 botol air mineral dalam sekejap.

Afreza…” Kau memanggilku dengan suara lirih sekali, suaramu terdengar berat. Aku segera mendekat kepadamu.
Iya Erfina, ada yang bisa aku bantu? Kau mau minum?” tanyaku khawatir.
Besok malam pergilah ke alun-alun kota, aku menitipkan secarik surat untukmu sejak lima tahun yang lalu. Aku menulisnya untukmu. Ambilah didalam botol yang kusimpan baik-baik di antara ranting besar, pohon yang biasa kita tulisi nama kita,” bisikmu pelan.
Sungguh Erfina? lama sekali kau menyimpannya!Aku pasti akan mengambilnya besok malam.” Aku sangat terkejut. Hamper seluruh logikaku tak percaya. Sungguh, aku tak sabar menanti besok malam.

Sore itu aku ikut mengantarmu dan bayimu kembali kerumah. Walaupun aku tahu tak penting keberadaanku dibanding keberadaan Firsan saat itu. Aku menyetir mobil Firsan dan membawa keluarga kecil kalian menuju rumah. Tentu saja ada yang sesak didadaku, amat sesak Erfina. Kerap kali ku lirik Kau dari kaca spion di dalam mobil. Kudapati kau tersenyum kepada kedua bola mataku.


Malam yang ku tunggu telah datang. Aku bersiap-siap menjemput surat yang kau simpan untukku sejak lima tahun yang lalu. Di alun-alun kota yang ramai oleh para remaja itu, mataku sibuk menelusuri ranting-ranting yang besarnya sama dengan kaki gajah dan berselimut daun-daun lebat. Tanganku meraba-raba pada bagian terdalam antara sela ranting-ranting itu. Ada semacam benda yang kutemukan. Botol? Ya... itu botol...!!! akhirnya aku menemukan botol yang berisi surat darimu. Tak perlu berfikir lama, langsung kubuka botol itu dan kubaca coretan tinta yang kau tulis itu.

Teruntuk nyanyian terindahku , Afreza
Aku masih berbicara
Pada sederet mega yang berpijar diatas ufuk senja
Ada semacam awan mekar menutupinya
Aku berusaha sembunyi dibalik awan itu
Seperti persmbunyian perasaanku terhadapmu, Afreza
Lewat belasan tahun persahabatan kita
Tentu ada kisah baru setelah aku dankau telah dewasa
Afreza, mendengar kejujuranmu hari kemarin
Aku bahkan lebih bahagia dari sinar fajar yang menutup malam
Akupun selalu menyimpan namamu sebagai nyanyian terindah
Pada malam yang menggantung dan pagi yang menjelang
Sungguh Afreza, aku telah mengukir namamu
Sebagai kekasihku
Tapi, Ataxia-ku lebih kuat dari perasaanku
Mungkin Ataxia ini akan merengkuhku
Entah pada senja esok atau lusa
Maka itu wahai kekasihku,
Aku tak ingin kaupun merasakan sakitku
Cukup dari balik persembunyianku
Aku mencintaimu
Dan...
Barangkali hilang sajakku nanti,
Sebelum mega berpijar redup diantara senja
Maka ketahuilah kekasihku ,
Bahwa hujan akan menyanyikanmu
Sebuah lagu rindu
Erfina
Membaca tulisanmu itu, tubuhku seperti terlilit oleh angin tanpa kutahu panas atau dingin. Ada rasa sesal kenapa baru kau perbolehkan aku untuk membacanya malam ini? Kenapa tak lima tahun yang lalu saja sebelum kau memilih Firsan? Tapi sungguh Erfina, ada secercah bahagia setelah tahu perasaanmu terhadapku. Malam itu juga ingin kupastikan kepadamu akan isi suratitu. Aku menyusuri trotoar menuju rumah baru yang kau singgahi bersama keluarga kecilmu.

Tiba dihalaman rumahmu, Erfina, tubuhku seakan mengerdil. Mataku tak dapat kupercaya dengan apa yang kulihat. Sehelai kain putih dikibarkan di halaman rumahmu. Pun aku mendengar sekelompok orang membicarakanmu. Kasihan sekali ibu muda itu, baru 3 hari melahirkan sudah meninggal,” bisik seseorang ditengah kerumunan.
Sungguh Erfina, surat yang kugenggam erat ditanganku lepas oleh lemah dan ketidak berdayaanku. Baru saja ingin kuungkapkan terima kasihku atas balasan cintamu, dan baru saja ingin kutunjukkan surat yang kau simpan selama itu Erfina, kau pergi? Benarkah kau telah pergi Erfina?
Ku dekati jasadmu yang terbaring pasrah menghadap suratan yang telah Tuhan tentukan. Tak kuasa aku menghentikan tangis dan kidung doaku untukmu Erfina. Dentum waktu yang menjemputmu seolah kejam sekali. “Erfina berpulang sekitar pukul 17.30 tadi mas Afreza. Sebelumnya ia mengalami pendarahan dan mimisan berulang-ulang.” Jelas Firsan sembari menggendong bayi cantikmu yang malang.
Erfina, senja tadi kah yang kau sebut dalam suratmu lima tahun yang lalu? Dan sajak-sajakmu kah yang kau titipkan melalui gerimis malam ini Erfina? Lalu, bagaimana dengan puisi dan nyanyian yang ingin kita bingkis bersama dengan cinta, Erfina?

Khatam


Resti Dwi Mulyani
Mahasiswi Sastra Asia Barat angkatan 2012
Lahir di Cilacap, 2 Januari 1994
Hobi : Membaca, Berkarya Sastra, menonton Pertunjukan Seni
Aktif di Lembaga Duta Budaya Yogyakarta, Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat, DKR Nusawungu, Sanggar Budaya El Mazza Cilacap, Serayu Rescue, Sanggar Lincak, dan Managemen Akar Yogyakarta.